Jumat

Cinta Yang Tertabu ( Terlarang ) bab 2

Bel berbunyi menandakan jam pelajaran telah selesai.
Semua siswa pun berpacu untuk meninggalkan kelas.
Sedangkan amel, reny dan fesya melangkah menuju tempat parkir untuk menanti adit menjemput amel.

"Mel, ada dani tuh. Cakep banget yeah !"     kata fesya saat melihat dani yang sedang menuju mobilnya.

"Iya tuh mel, Dani cakep banget."
"Kenapa sich kamu menolaknya. Padahal dia cakep banget."

"Ya sudah kalau kamu naksir dia, samperin aja. Dan tembak dia."    jawab amel dengan getus.

"Tuh mel, Dani senyum tuh."
"Duch manis banget senyumnya"    Sambung fesya jadi salah tingkah.

"Udah jangan liatin dia terus. Nanti dia kepedean." 

Tak lama kemudian akhirnya adit datang memakai sepeda motor kesayangannya.

"Hai sayang."
"Udah lama nungguin yeah?"    sapa adit.

"Enggak lama kock."

"Boong tuch."     kata Reni.

"Dari mana saja sih kamu. Kock jam segini baru datang."
"Amel dari tadi resah terus tau !!!"
"Takut ada apa-apa dengan sang pangeran." ejek fesya.

"Maaf thayang. Tadi aku di panggil kepala sekolah."

"Enggak apa-apa kock."
"Emang ada apa sampai di panggil kepala sekolah?"     tanya Amel.

"Ya biasalah, Sebentar lagi kan mau ujian. Jadi kita di suruh ini, itu."
"Yuck kita pulang."    ajak Adit.

"Ya sudah yeah teman-teman. Kita pulang dulu."    pamit Amel kemudian naik sepeda motor Adit.

"Dit, jagain Amel yeah."
"Awas kalau besok aku lihat kulit amel sampai lécet."
"Aku akan bikin kamu menangis darah."     kata reni mengancam.

"Ok. Bos."
"Aku akan jagain bidadari ini dengan nyawaku sendiri."
"Kalau sampai ada yang berani menyenggol bidadari ku ini.!!"
"Aku akan buat perhitungan sama dia."      jawab Adit sambil senyum kecil.
"Ya sudah yeah. Kita jalan duluan."


Sepeda motor pun melaju di atas jalan raya, di tengah-tengah kota. Dan Amel pun memeluk badan adit dengan erat.

"Sayang laper nda?"
"Makan mie ayam yuck"    ajak Adit.

"Terserah kamu. Aku sich ikut aja. Asal bisa bersama kamu."    jawab Amel sambil memeluk manja.

"Ya sudah kita makan mie ayam dulu."
"Di pertigaan jalan sana ada mie ayam favoriet aku. Aku sering makan mie di sana."
"Kamu pasti akan ketagihan kalau udah mencoba."
"Seperti kamu ketagihan dengan ciumanku. He...he..."

"wuuuh ngarep"

"Ha...haaa.."


Setelah sepeda motor melaju cukup lama. Akhirnya mereka pun sampai di pertigaan.
Dan sepeda motor pun berhenti di tepi jalan di depan gerobak mie ayam.

"Nich mel tempatnya."
"Emang jualannya di tepi jalan. Tapi jangan takut dengan kebersihannya."
"Disini kebersihannya slalu di jaga. Apalagi suasananya di tepi jalan yang banyak pepohonannya. Yang bikin suasana jadi nyaman."    kata adit sambil memarkirkan motornya.

"Iyach-yach. Tempatnya nyaman banget."

"Yuck kita duduk disana."    ajak adit.

Mereka pun berjalan menuju tempat duduk yang berada di bawah pohon besar yang berada di pinggir jalan.

"Pak."
"Mie ayam."
"Dua yeah. Jangan pedas-pedas."     adit memesan.

"Sayang."
"Hari ini aku bahagia banget. Baru kali ini aku merasa hari ulang tahunku indah banget."
"Terima kasih yeah kalungnya."
"Indaaaaah banget."
"Sebenarnya aku tidak mengharap kamu memberi sesuatu di hari ulang tahunku. Yang penting kamu ingat. Itu saja sudah buat aku bahagia."    kata Amel sambil menggenggam cemari Adit.

"Mungkin bagi kamu kalung itu tidak ada harganya."
"Tapi aku pingin kalau aku tidak ada di samping kamu. Kalung itu bisa mengingatkan dan menggantikan aku."    jawab Adit, meremas tangan Amel.

Tak lama kemudian Abang Penjual pun menghampiri mereka.

"Nich Mas, Mba."     kata abang penjual sambil menyodorkan mie ayamnya.

"Makasih."

~~~~~~~ Satu jam kemudian ~~~~~~~
"Bener yeah dit."
"Enak banget. Baru pertama kali aku makan mie seenak ini."

"Thayang mau tambah?"

"Engga ach. Ntar aku jadi gendut dan kamu ga mau ma aku."    jawab amel kemudian ketawa.
"Ha...ha...ha..."

"Wah tambah cantik tuch kalau gendut."
"Ha...ha...ha... Biar seperti sumo."

"Wuuuhh. Ngeledek"     jawab amel sambil cubit Adit.

"Dit, pulang yuck."

"Ayo"

Tapi ketika mereka beranjak ke sepeda motor. Tiba-tiba ada seseorang yang menyapa adit.

"Hai Dit."
"Ngapain disini."
"Sombong banget sich sekarang."    sapa cewe yang tiba-tiba menghampiri Adit.

"Kamu siapa yeah? Aku lupa."    jawab Adit mencoba mengingat.

"Masa kamu lupa sama teman kecilmu sich?"
"Aku Kiki. Kamu masih ingat."

"Ya ampun."
"Kamu kiki tomboy yang dulu suka usil banget sama aku."     akhirnya adit mengingat. 
"Gimana kabar kamu."

"Aku baik-baik saja."
"Ini pacar kamu yea? Cantik banget."
"Bukannya dulu kamu benci banget sama cewe." kata kiki.

"Bukannya kamu yang tidak suka sama cowok."
"Dulu kan kamu jail banget sama aku."
"Och iyach ini pacar aku, Amel."   jawab adit memperkenalkan Amel.

"Amel."

"Kiki"

Mereka pun berjabat tangan.

"Adit beruntung yeah. Bisa dapetin cinta kamu. Diakan anaknya cengeng banget."
"Ha...ha...ha..."

"Justru aku yang beruntung bisa jadi pacar Adit. Dia orangnya cakep, baik, perhatian dan yang paling penting dia mau menerima aku apa adanya."     amel memuji.

"Udah doang say."
"Jangan memuji terus. Nanti aku bisa pingsan disini."

"Ha...ha...ha.."   mereka pun tertawa.

"Oya sejak kapan kamu kembali kesini."
"Kamu kan udah pindah kerumah kakek kamu."    tanya adit.

"Berapa tahun yea kita gak ketemu."
"Sekarang kamu tambah cantik saja. Beda sama waktu kecil dulu."     Adit memuji.

"Wuuuh... Dasar cowok."
"Ada ceweknya aja masih merayu cewek lain."

"He..he.."

"Kalau aku jadi kamu mel, sudah aku putusin dia."    kata kiki.
"Iya ya dit. Udah berapa tahun kita ga pernah ketemu."    Kiki pun mencoba mengingat-ingat.

Sebenarnya Amel cemburu melihat keakraban mereka. Tapi amel menutupi semuanya. Sampai raut mukanya terlihat kusut.

"Dit. Pulang yuck."
"Udah sore nich."     ajak Amel yang mulai terbakar api cemburu.

"Emmm...emmm... Gimana yeah?"    Adit berfikir.

"Ya udah. Kita pulang."

"Takut ada yang gantung diri disini."
"Ha...ha..."

"Kita pulang dulu yeah Ki. Aku takut kalau anak mamih ini di cariin."    pamit adit. 

"Tukan. Manggil aku anak mamih."    kata Amel sambil mencubit Adit.

"Aaawww." teriak Adit.
"Tuh cubitan sayang. Apa cubitan sebel." tanya Adit sambil senyum kecil.

"Tuh cubitan sayang sekaligus cubitan sebel."

"Ha...ha... Kalian serasi banget."
"O ya Dit. Kapan-kapan main kerumah doang. Aku masih nempati rumah yang dulu loch." kata Kiki.
"Ya sudah kapan-kapan aku main. Tapi nda janji."
"Ya sudah yeah ki. Kita pulang dulu" Adit pun pamit.


Mereka pun pergi meninggalkan Kiki. Dengan mengendarai sepeda motor. Menuju rumah Amel.

"Kamu tadi cemburu yeah." tanya Adit.

"Siapa juga yang cemburu."

"Udah jangan bohong. Aku senang kock kalau kamu cemburu."

"Sebenarnya kamu cinta ga sich?"
"Ada pacar cemburu kock malah senang." kata amel sedikit sebel.

"Tukan ngaku kalau kamu cemburu."
"Ha...ha..." adit tertawa kecil.

"Berarti tu tandanya kamu sayang sama aku."

"Berarti kamu baru sadar yeah kalau aku sayang banget sama kamu." kata Amel sambil memeluk Adit.

"He... Aku juga sayang banget sama kamu. " ungkap Adit.

Tak terasa sepeda motor pun sudah melaju cukup jauh. Hingga tak terasa motor pun berhenti di depan rumah Amel.

"Makasih yeah Dit. Udah nganterin."
"Mau mampir ga?"

"Ach ga usah. Aku langsung pulang saja."

"Ya sudah. Tapi nanti malam main yeah." ajak Amel.

"Besok saja yeah. Aku capek banget."

"Tapi janji yeah. Besok harus main."

"Janji." jawab Adit

"Aku pulang yeah."

"Daah." Adit pun meninggalkan Amel.

Amel pun akhirnya masuk kedalam rumah. Setelah lama terpaku melihat Adit pergi.
Tapi ketika Amel masuk kerumah. Tiba-tiba amel mendengar kedua orang tuanya sedang bertengkar.

"Kamu sudah mulai selingkuh di belakan aku yeah.!!!"
"Kalau kamu sudah bosan dengan ku. Mending khta cerai saja.!!!" kata mama Amel marah.

"Siapa yang selingkuh. Aku sama Indah cuma teman kerja.!!! Tidak lebih." balas papa Amel menjelaskan.

"Kalau hanya teman kerja. Kenapa kamu makan siang bareng. Apalagi kalian mesra banget.!!!" teriak mama amel yang sedang cemburu.

"Terserah apa kata kamu. Tapi aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa.!!! Hanya sebatas teman kerja."

"Aku tak percaya sama mulut buaya seperti kamu."
"Apa kamu masih ingat.?"
"Dulu kamu meninggalkan istri dan anak kamu demi aku. Mungkin kamu juga akan meninggalkan aku demi wanita itu." 

Amel hanya berdiri terpaku dan meneteskan air mata hingga membasahi kedua pipinya.

"Apa benar yang di katakan mama. Kalau aku sebenarnya punya kakak. Kenapa mereka tak memberi tahu aku." dalam hati Amel bicara.

Amel kemudian berjalan menghampiri mereka dengan perasaan yang tak karuan. Dengan air mata yang terus berlinang.

"Apa kalian tidak bosan bertengkar terus.!!!"
"Apa kalian tidak tau bagai mana perasaan aku.!!!"
"Aku bosan tinggal dirumah sebesar ini tapi tak ada secuil pun ketenangan di dalamnya." amel pun ikut bicara.

"Terus apa kalian lupa kalau hari ini ulang tahun Amel." sambung Amel kemudian pergi menuju kamar tidur dengan air mata yang terus membasahi.

"Amel... Amel..." mama Amel memanggil.

Tapi tetap saja Amel masuk ke kamarnya dan membantingkan pintu kamar.
Air mata pun terus membasahi kedua pipinya.

"Kenapa sich mereka selalu bertengkar. Apa mereka tak merasa kalau aku kesepian." kata Amel dalam hati.

Amel pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mengambil foto Adit yang terpajang di atas meja belajar.
Amel pun menatap foto Adit dengan semua kesendirian yang mencabik-cabik perasaannya.

"Adit aku pingin keluar dari istanah ini. Aku ingin ikut kamu kemana pun kamu pergi."
"Aku sudah tidak tahan hidup di dalam rumah ini." ungkap amel sambil menatap foto adit.
Amel pun memeluk foto adit dengan erat. Amel kemudian teringat kalung pemberian adit.

"Adit aku pingin selalu ada di dekat kamu. Kamu satu-satunya orang yang bisa ngertiin aku. Kamu bisa hibur perasaan aku." kata Amel dalam hati.

Tak lama kemudian terdengar ketukan dari luar pintu kamar amel.

"Amel."
"Maafin mama."
"Mama benar-benar lupa kalau hari ini ulang tahunmu."
"Sebagai permintaan maaf mama. Kamu boleh minta apa saja. Yang pentin kamu mau maafin mama." mama Amel merayu.

"Iyach mel. Kamu boleh minta apa saja sebagai kado dari mama dan papa." sambung papa amel.

"Apa dengan kekayaan kalian bisa menebuk kesepian amel."
"Tidak !!!!"
"Kalian takan bisa menebusnya."
"Takan pernah bisa !!!" bentak Amel dengan air mata yang terus terurai.
"Sudah kalian pergi !!!"
"Perrrgiiii !!!"

"Amel maafin mama yeah."
"Mama janji takan lupa lagi. Tahun yang akan datang mama pasti akan ingat." rayu mama Amel.

"Kata-kata itu juga kan yang mama katakan di hari ulang tahun kemaren.!!!"
"Tapi apa buktinya ?!!"
"Mama masih saja lupa."
"Dan asal mama tau. Amel sedih kalau tiap hari mama dan papa slalu bertengkar.!!!" teriak Amel.
"Udah. Perrrgiii !!!"

"Amel maafin mama"

"Perrrgiii !!!"

"Tap..."

"Perrgiiiii !!!!" potong amel.

Amel pun mengambil buku diary dan menuliskan kesedihannya di atas lembar diary. Hingga tak terasa amel pun tertidur dengan di dampingi foto adit dan buku diary di sampingnya.

12 komentar:

  1. menarik, simpatik, dinamik, gambaran nyata diluaran sana, teruskan bakat kowe..cucuku....kikikikikikikik..^____^


    hahahahhaa...salam damai aja kawan...semoga menjadi bagian dari para pujangga pujangga besar tanah ini...

    BalasHapus
  2. Terimakasi bapak tua atas peninggalan bersejarahnya. Mohon bimbingannya. Bila ada salah kata atw kurang enak di baca.
    Soalnya aku baru pertama kali bikin coretan seperti ini.
    mohon di bimbing biar bisa seperti bapak tua. ^_^

    BalasHapus
  3. cerpennya sih oke tapi terlalu banyak dialog. harus ditambahi narasi juga nih biar lebih keren

    BalasHapus
  4. @2089614258047436924.0
    Benerkan masih ada yang kurang.
    Makasih yeah mba atas masukannya. Itulah yang sedang aku butuhkan saat ini "masukan-masukan" yang akan membuat aku semangat tuk memperbaiki kekurangan2 ku.
    Terus beri masukan yeah mba. Jangan sungkan and jangan rikug.
    Dan yang terakhir. Makasih dah kunjungi blogku yg ambrul adul gini. ( maklum baru mengenal blog )

    BalasHapus
  5. @6895687833446038795.0
    makasih sudah mau menyimak karya pertama and norak ku ini.
    And makash juga koment and kunjungannya.

    BalasHapus
  6. salam sobat
    kasihan Amel ,mamanya lupa hari Ultshnya,karena kurangnya perhatian.
    untung ada mas Adit yg selalu memberikan perhatian dan memberi kado Ultahnya.
    kisah menarik, ditunggu bab selanjutnya..

    BalasHapus
  7. @7165961540135310873.0
    makasih mba mba Nura atas comentnya. Insya Allah akan ada lanjutannya. Tp kalau ada yang kurang pas atau keselahan kritik aja yeah.
    Karna sekarang aku sedang membutuhkan banyak banget kritikan and saran.
    Mohon bimbingannya yeah mba Nura
    and makasih juga dah mampir and coret coment.

    BalasHapus
  8. met siang..pamit mau melancong dulu ya

    BalasHapus
  9. Kasihan si Amel yah T___T
    kadang orang tua suka gtu, mangnya duit bs nyembuhin luka hati seorang anak :p

    BalasHapus
  10. @4088846398557030182.0
    ya mba e. Moga slamat sampai tujuan. Jangan lupa oleh2nya yeah.

    BalasHapus
  11. @6257126482441427945.0
    ya begitulah kadang orang tua jaman sekarang. Tapi alkhamdulillah ortuku ga seperti itu. ( ya iyalah engga. Rang ortu ku dari keluarga miskin. He...he...he... )

    BalasHapus

Mungkin tulisan ku ini tak sebagus tulisan mu.
Mungkin karya ku adalah karya yang paling jelek dari karya karya bagus mu.
Tapi berilah komentarmu, biar aku bisa mengikuti jejak mu. Dan menjadi seperti mu tapi tetap menjadi diri ku.